Minggu, 25 September 2011

Hadis tentang niat dan Istiqamah dalam beramal

I.       Kedudukan niat dalam beribadah
A.    Hadis no.1 dalam kitab Riyadh al-Shalihin

حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الْأَنْصَارِيُّ قَالَ أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيُّ أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى الْمِنْبَرِقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ  وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ.[1]
Rasulullah saw. Bersabda:”Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niat, dan Setiap orang tergantung dengan apa yang diniatkan. Barangsiapa yang hijrah untuk kepentingan Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya untuk kepentingan Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa yang hijrahnya untuk kepentingan dunia atau untuk menikahi seorang wanita maka hijrah untuk apa yang dihijrahkan.
1.      Takhrij hadis :[2]
2.      Biografi perawi
a.       Al-Humaidi Abdullah ibn Zubair ( w.219 H)
Nama lengkapnya Abdullah ibn Zubair ibn Isa ibn Ubaidillah ibn Usamah ibn Abdillah ibn Zuhair ibn al-Haris ibn Asad ibn Abdul’ Uzza. Dan dikatakan :Ibn Isa ibn Abdillah ibn Zubair ibn Ubaidillah ibn Humaid ibn al-Qurasyi al-Asadi, Abu Bakr al-Humaidi al-Maki.[3] Beliau pernah ke mesir. Beliau wafat pada tahun 219 H.
Guru dalam meriwayatkan hadis yaitu:Ibrahim ibn Saad, Sufyan ibn Uyainah, Fudhail ibn Iyadh, Muhammad ibn Idris al-Syafi’I, Bisyr ibn Bakr al-Tannisi, dll.
Yang meriwayatkan hadis darinya yaitu:al-Bukhari, Abu Hatim Muhammad ibn Idris al-Razi,Muhammad ibn Yunus al-Nasai, dll.
Penilaian ulama tentang al-Humaidi.
1).  Abu Hatim berkata:”Atsbat al-Nas”.
2). Ibn Hajar berkata:”Tsiqatun Hafidz”.
b.      Sufyan ibn uyainah (w. 198 H)
Nama lengkapnya yaitu Sufyan ibn Uyainah ibn Abi Imran, dan namanya: Maimun al-Hilali, Abu Muhammad al-Kufi.[4] Beliau menetap di Makah dan meninggal di sana pada tahun 198 H.
Beliau meriwayatkan hadis dari: Yahya ibn Sa’id al-Anshari, Malik bin Anas, Ibrahim ibn Maisarah, Ibrahim ibn Aqabah, Israil Abi Musa, dll.
Muridnya dalam meriwayatkan hadis yaitu: Ibrahim bin Dinar al-Tamar, Ahmad ibn Hanbal, al-Humaidi Abdullah ibn Zubair, dll.
Penilaian ulama tentang sufyan ibn Uyainah.
1). Al-‘Ijli berkata:Tsabt fi al-Hadits.
2). Ibn Hajar berkata :”Tsiqat al-Hafidz”.
c.       Yahya ibn Sa’id al-Anshari (w. 144 H)
Nama lengkapnya Yahya ibn Sa’id ibn Qais ibn Amr ibn Sahl ibn Tsa’labah ibn Ghanam ibn Malik ibn al-Najjar. Dan dikatakan namanya Yahya ibn Sa’id ibn Qais ibn Qahd al-Anshari al-Najjari, Abu Sa’id al-madani ia adalah Qadhi di Madinah.[5] Ia adalah dari tingkatan Tabi’in kecil. Wafat pada tahun 144 H.
Gurunya dalam meriwayatkan hadis yaitu: Anas ibn Malik, Basyir ibn Yasar, Humaid ibn Nafi’ , Hanzhalah ibn Qais al-Zarqi, Said ibn al-Musayyab, Muhammad ibn Ibrahim ibn al-Haris al-Taimi, dll.
Muridnya dalam meriwayatkan hadis yaitu:Sufyan ibn Uyainah, Sufyan al-Tsauri, Abdul Wahab al-Tsaqafi, Isa ibn Yunus, Malik bin Anas, al-Lais  ibn Sa’ad, dll.
Penilaian Ulama kritikus hadis
1). Yahya ibn Ma’in, Abu Zur’ah, dan Abu Hatim berkata:”Tsiqah”
2). Al-‘Ijli berkata:”Tsiqah”.
d.      Muhammad ibn Ibrahim al-Taimi (w. 120 H).
Nama lengkapnya Muhammad ibn Ibrahim ibn al-Haris ibn Khalid ibn Shakhr ibn Amir ibn Ka’ab ibn ibn Sa’ad ibn Taim ibn Murrah al-Qurasyi al-Taimi Abu Abdillah al-Madani.[6]
Ia meriwayatkan hadis dari:Anas ibn Malik, Busr ibn Sa’id, Urwah ibn Zubair, Atha ibn Yasar, Alqamah ibn Waqas al-Laitsi, Abu Sa’id al-Khudri, Aisyah Umm al-Mu’minin, dll.
Muridnya dalam meriwayatkan hadis yaitu:Yahya ibn Sa’id al-Anshari, Hisyam ibn Urwah, Yahya ibn Abi Katsir, Taubah al-‘Anbari, Abdullah ibn Thawus, dll.
Penilaian Ulama kritikus hadis:
1). Yahya ibn Ma’in, Abu Hatim, dan al-Nasai:”Tsiqah”.
e.       Alqamah ibn Waqas al-Laitsi
Nama lengkapnya Alqamah ibn Waqas ibn Mihshan ibn Kalabah ibn Abdl Yalail ibn Tharif ibn ‘Utwarah ibn Amir ibn malik ibn lais ibn  Bakr ibn Abd Manah ibn Kinanah al-Laitsi al-‘Utwari al-madani.[7] Ia meninggal di Madinah di masa kekhalifahan Abdul Malik ibn Marwan.
Gurunya dalam meriwayatkan hadis yaitu: Umar ibn al-Khattab, Ibn Umar ibn al-Khattab, Amr ibn Ash, Mu’awiyah ibn Abi Sufyan, Aisyah, dll.
Muridnya dalam meriwayatkan hadis yaitu:Muhammad ibn Ibrahim al-Taimi, anaknya yaitu Abdullah dan Amr  ibn Alqamah ibn Waqas al-Laitsi, Muhammad ibn Muslim ibn Syihab al-Zuhri, dll.
Penilaian Ulama kritikus hadis:
1). Al-Nasai berkata :”Tsiqah”.
2). Al-‘Ijli berkata:”Tsiqah”.
3). Ibn Hibban menyebutnya dalam kitab al-Tsiqat.
f.       Umar ibn al-Khattab (w. 23 H)
Nama lengkapnya Umar ibn al-Khattab ibn Nufail ibn Abdl ‘Izza ibn Riyah ibn Abdullah ibn Qarth Rizah ibn ‘Adi ibn ka’ab ibn Luay ibn Ghalib ibn al-Qurasyi al-‘Adawi, Abu Hafsh Amir al-Mu’minin.[8]
Gurunya dalam meriwayatkan hadis:Nabi Muhammad saw., Abu Bakr al-Shiddiq, Abi ibn Ka’ab, dll.
Muridnya dalam meriwayatkan hadis:Anas ibn Malik, Ibrahim ibn Abdurrahman ibn ‘auf, Khuzaimah al-Yaman, Hasan al-Bashri, Zaid ibn Tsabit, Sa’ad bin Abi Waqash, Ibn Umar, Said ibn al-Musayyab, dll.

3.       Syarah Hadis
Menurut Imam Nawawi niat secara etimologi القصد  artinya tujuan, yaitu kemantapan hati.[9] Menurut al-Baidhawi niat adalah sebuah ungkapan atas terbukanya hati pada apa yang cocok menurut pendapatnya dengan tujuan menarik manfaat atau menolak kemudharatan baik dalam kondisi sekarang atau yang akan datang.  Menurut syara’ pengertian niat dikhususkan pada kehendak yang mengarah pada perbuatan untuk mencari ridha Allah swt. Dan mengikuti hukum-Nya. Term niat dalam hadis ini diarahkan pada makna etimologinya.[10]
Bab ini menerangkan bahwa setiap perbuatan syar’iyyah tergantung dengan niat dan hisbah (keinginan untuk mendapatkan pahala). [11]
Ibnu munir menyebutkan  kaidah perbuatan yang memerlukan niat dan yang tidak.Beliau berkata, “setiap perbuatan yang tidak menimbulkan dampak seketika tetapi dimaksudkan mencari pahala, maka disyaratkan niat. Apabila perbuatan tersebut menimbulkan efek seketika dan telah dipraktekan sebelum datangnya syariah karena adanya kesesuaian di antara keduanya, maka tidak disyaratkan niat, kecuali yang mengerjakannya memiliki maksud lain untuk mendapat pahala.
Semua yang bersifat maknawi seperti rasa takut dan raja’ (permohonan) maka tidak disyaratkannya niat, karena perbuatan-perbuatan tersebut tidak akan terwujud tanpa disertai dengan niat. Jika tidak ada niat, maka mustahil perbuatan tersebut akan terwujud. Oleh karena itu, niat merupakan syarat logis bagi perbuatan tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka tidak disyaratkan niat untuk menghindari adanya pengulangan yang tidak perlu. Sedangkan perkataan yang harus disertai niat ada tiga. Pertama, perkataan yang dimaksud untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menghindari riya’. Kedua, untuk membedakan kalimat lain yang tidak dimaksud. Ketiga, membuat kalimat baru untuk keluar dari pembicaraan sebelumnya.[12]

4.       Sabab al-Wurud
Ibn Daqiq al-‘ied berkata:Ulama menukil bahwa sabab al-wurud hadis ini yaitu ada seorang laki-laki yang hijrah dari makah ke Madinah bukan karena mengharapkan keutamaan hijrah melainkan dia hijrah karena bertujuan untuk menikahi seorang wanita yang bernama Ummu Qais. Ibn Hajar dalam Fathul bari mengatakan bahwa kejadian ini terkenal dengan sebutan قصّة مها جر أمّ قيس (kisah lelaki yang hijrah karena terpesona seorang wanita yang bernama Ummu Qais).[13]

B.     Hadis no. 8 dalam kitab Riyadh al-Shalihin

حدثني أبو الطاهر أحمد بن عمرو بن سرح حدثنا ابن وهب عن أسامة ( وهو ابن زيد ) أنه سمع أبا سعيد مولى عبدالله بن عامر بن كريز يقول سمعت أبا هريرة يقول
 : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم فذكر نحو حديث داود وزاد ونقص ومما زاد فيه إن الله لا ينظر إلى أجسادكم ولا إلى صوركم ولكن ينظر إلى قلوبكم وأشار بأصابعه إلى صدره.[14]
Rasulullah saw. Bersabda:”Sesungguhnya Allah tidak melihat pada Jasad kalian dan juga tidak melihat bentuk kalian. Tetapi Allah melihat pada hati kalian, dan Rasulullah menunjuk dadanya dengan jarinya”.

1.      Takhrij Hadis.[15]


2.      Biografi perawi
a.       Abu Thahir (w. 250 H).
Nama lengkapnya Ahmad ibn Amr ibn Abdillah ibn Amr ibn al-Sahr al-Qurasyi al-Amawi, Abu Thahir al-Mishri.[16]
Gurunya dalam meriwayatkan hadis yaitu:Sufyan ibn Uyainah, Muhammad ibn Idris al-Syafi’I, Bisyr ibn Bakr al-Tinisi, Ayyub ibn Suwaid al-Ramli, Abdullah ibn Wahab, dll.
Muridnya dalam meriwayatkan hadis yaitu:Muslim, Abu Daud, al-Nasa’I, Ibn Majah, dll.
Penilaian Ulama kritikus hadis:
1). Al-Nasa"’I berkata:”Tsiqah”.
2). Abu Hatim berkata:”La Ba’sa bih”.[17]
b.      Ibn Wahab (w. 197 H)
Nama lengkapnya yaitu Abdullah ibn Wahab ibn Muslim al-Qurasyi, al-Fihri, Abu Muhammad al-Mishri al-Faqih.[18] Ia lahir pada tahun 125 H dan wafat pada tahun 197 H.
Gurunya dalam meriwayatkan hadis yaitu:Ibrahim ibn Sa’ad al-Zuhri, Usamah ibn Zaid al-Laitsi, Said ibn Abi Ayyub, Sufyan al-Tsauri, dll.
Muridnya dalam meriwayatkan hadis yaitu:Ahmad ibn Shalih al-Misri, Abu Thahir, Qutaibah ibn Sa’id, al-Haris ibn Miskin, Ahmad ibn Isa al-Misri, dll.
Penilaian ulama kritikus hadis :
1). Yahya ibn Ma’in dan Abu Zur’ah berkata:”Tsiqah”.
2). Abu Hatim berkata:”Shaduq”.[19]
c.       Usamah ibn Zaid al-Laitsi (w. 153 H)
Nama lengkapnya yaitu Usamah ibn Zaid al-Laitsi, Maula Abu Zaid al-Madani. [20]
Gurunya dalam meriwayatkan hadis yaitu:Sa’id ibn al-Musayyab, Sulaiman ibn Yasar, Nafi’ maula ibn Umar, Abu Sa’id maula Abdullah ibn Amir ibn Kuraiz, Shalih ibn Kaisan, dll.
Muridnya dalam meriwayatkan hadis yaitu:Sufyan al-Tsauri, Abdullah ibn al-Mubarak, Abdullah ibn Wahab, Isa ibn Yunus, Waki, ibn al-Jurah, dll.
Penilaian Ulama kritikus hadis:
1). Yahya ibn Ma’in berkata:”Tsiqah”.
2). Al-Nasa’I berkata: ليس بالقوى
3). Ibn Hajar berkata:”Shaduq”.
d.      Abu Sa’id Maula Abdullah ibn Amir ibn Kuraiz
Nama lengkapnya Abu Sa’id Maula Abdullah ibn Amir ibn Kuraiz al-Khaza’I,. guru dalam meriwayatkan hadis yaitu:Abu Hurairah, dan Hasan al-Bashari.
Muridnya dalam meriwayatkan hadis yaitu:Usamah ibn Zaid al-Laitsi, Daud ibn Qais al-Farra, Shafwan ibn Sulaim, al-‘ala ibn Abdurrahman, Muhammad ibn ‘Ajlan.[21]
Penialaian Ulama kritikus hadis:
1). Ibn Hibban menyebutnya dalam kitab al-Tsiqat.
e.       Abu Hurairah (w. 57 H)
Nama lengkapnya yaitu Abu Hurairah ibn Amir ibn Abd dzi Syari ibn Tharif ibn ‘Atab ibn Abi Sha’b ibn Munabbih ibn Sa’ad ibn Tsa’labah ibn Sulaim ibn Fahm ibn Ghanam ibn Daus ibn ‘Adnan ibn ibn Abdillah ibn Zahran ibn ibn Ka’ab al-Dausi.[22]
Beliau adalah Sahabat Nabi yang paling banyak meriwayatkan hadis.
Gurunya dalam meriwayatkan hadis yaitu:Nabi Muhammad saw., Umar ibn al-Khattab, Abu Bakr al-Shiddiq, Aisyah, dll.
Muridnya dalam meriwayatkan hadis yaitu:Ibrahim ibn Ismail, Anas ibn Malik, Sa’id ibn al-Musayyab, Sulaiman ibn Yassar, Ibn Umar, Ibn Mas’ud, Abu Sa’id maula Abdullah ibn Amir ibn Kuraiz, dll.

3.       Syarah Hadis.
Al-Nawawi berkata:”Maksud dari hadis ini adalah sesungguhnya amal-amal yang tampak itu tidak menghasilkan ketaqwaan karena ketaqwaan itu hanya bisa dicapai dengan apa yang ada dalam hati yaitu berupa mengagungkan Allah, takut kepada-Nya dan merasa diawasi.” Jadi yang menjadi standar adalah apa yang terbesit dalam hati.[23] Menurut syaikh al-Utsaimin, hadis ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam surat al-Hujurat ayat 13. jadi Allah tidak melihat seorang hamba dari segi fisik apakah bertubuh besar atau kecil, sehat jasmani atau sakit dan juga tidak melihat dari bentuknya apakah dia cakep atau jelek. Ini semua bukan standar Allah menilai menusia, begitu juga Allah tidak menilai seseorang dari keturunannya, apakah keturunan berdarah biru atau berdarah merah, juga tidak melihat dari kekayaan seseorang. Tidak ada yang bisa menghubungkan antara Allah dan makhluknya kecuali ketaqwaan, barangsiapa yang lebih taqwa maka dia lebih dekat kepada Allah dan ia dihadapan-Nya adalah makhluk yang paling mulia. Syeikh al-Utsaimin menjelaskan bahwa sesungguhnya amal tergantung pada niatnya,  dan hatilah yang yang menjadi pusat karena banyak sekali orang yang amalnya tampak benar dan bagus, tetapi sebenarnya dia membangun amal tersebut dalam bangunan yang hancur.

II.    Beristiqamah dalam beribadah
A.    Hadis no. 85 dari kitab Riyadh al-Shalihin
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ ح و حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَإِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ جَمِيعًا عَنْ جَرِيرٍ ح و حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ كُلُّهُمْ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الثَّقَفِيِّ قَالَ
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ وَفِي حَدِيثِ أَبِي أُسَامَةَ غَيْرَكَ قَالَ قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ فَاسْتَقِمْ.[24]
Dari Sufyan ibn Abdullah al-Tsaqafi berkata:Ya Rasulullah ajarkan kepada saya kalimat yang menyimpulkan pengertian islam, sehingga saya tidak bertanya kepada seorang pun selain engkau. Nabi menjawab:”Katakanlah, aku percaya kepada Allah, lalu beristiqamah.
1.      Takhrij Hadis:[25]



2.      Biografi Perawi
a.       Abu Bakr ibn Abi Syaibah (w. 235 H)
Nama lengkapnya yaitu Abdullah ibn Muhammad ibn Ibrahim ibn Utsman ibn Khawasiti al-‘Absi, maulanya Abu bakr ibn Abu Syaibah.[26]
Gurunya dalam meriwayatkan hadis yaitu:Sufyan ibn Uyainah, Abdullah ibn Idris, Abdullah ibn Numair, Ali ibn Mushir, Abu Bakr ibn Ghiyasy, Ubaidillah ibn Musa, dll.
Muridnya dalam meriwayatkan hadis yaitu:Al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, Ibn Majah, Abdullah ibn Ahmad ibn Hanbal, dll.
Penilaian Ulama kritikus hadis:
1)        Al-‘Ijli dan Abu hatim al-Razi berkata:”Tsiqah”.

b.      Abu Kuraib (w. 247 H)
Nama lengkapnya yaitu Muhammad ibn al-‘ala ibn Kuraib al-Hamdani, Abu Kuraib al-Kufi. [27] ia lahir pada tahun 160 H dan wafat pada tahun 247 H.
Gurunya dalam meriwayatkan yaitu:Sufyan ibn Uyainah, Abdullah ibn Idris, Abu Bakr ibn Ghiyasy, Abu Muawiyah al-Dharir,dll.
Muridnya dalam meriwayatkan hadis yaitu:al-Jama’ah, dll.
Penilaian ulama kritikus hadis:
1)      Al-Nasa’I berkata:”la ba’sa bih”.
2)      Ibn Hibban menyebutnya dalam kitab al-Tsiqat.
3)      Abu Hatim:”Shaduq”.
c.       Qutaibah ibn Sa’id (w.240 H)
Nama lengkapnya yaitu Qutaibah ibn Sa’id ibn Jamil ibn Tharif ibn Abdullah al-Tsaqafi. [28] ia lahir pada tahun 150 H dan wafat pada tahun 240 H.
Gurunya dalam meriwayatkan hadis yaitu:al-Laits ibn Sa’ad, Fudhail ibn Iyadh, Abdullah ibn Mubarak, Sufyan ibn Uyainah, dll.
Muridnya dalam meriwayatkan hadis yaitu:al-Jama’ah selain ibn Majah, dll.
Penilaian ulama kritikus hadis:
1)      Yahya ibn Ma’in, Abu hatim al-Razi, dan al-Nasa’I berkata:”Tsiqah”.
d.      Ishaq ibn Ibrahim (w. 238 H)
Nama lengkapnya yaitu Ishaq ibn Ibrahim ibn Makhlad ibn Ibrahim ibn Mathar al-Hanzhali.[29] Ia lahir pada tahun 166 H.  Daerah yang pernah dikunjunginya yaitu irak, Hijaz, Yaman, Syam, dll. Ia wafat pada tahun 238 H di Naisabur.
Gurunya dalam meriwayatkan hadis yaitu: Sufyan ibn Uyainah, Abdullah ibn Mubarak, Fudhail ibn Iyadh, Isa ibn Yunus, Jarir ibn Abdl Hamid al-Razi, dll.
Muridnya dalam meriwayatkan hadis yaitu:al-Jama’ah selain ibn Majah, dll.
Penilaian ulama kritikus hadis:
1)      Al-Nasa’I berkata:”Tsiqah ma’mun”.[30]
e.       Jarir ibn Abdul Hamid (w. 188 H)
Nama lengkapnya Jarir ibn Abdul Hamid ibn Qurth al-Dhabbi, Abu Abdillah al-Razi, al-Qadhi.[31]ia dilahirkan di ayyah, sebuah desa di kota Ashbahan. Ia tumbuh besar di Kufah. Ia wafat pada tahun 188 H.
Gurunya dalam meriwayatkan hadis yaitu:Ibrahim ibn Muhammad ibn al-Muntasyar, Ismail ibn Abu Khalid, al-Hasan ibn Ubaidillah, Sufyan al-Tsauri, Sulaiman al-A’masy, Hisyam ibn Urwah, dll.
Muridnya dalam meriwayatkan hadis yaitu:Qutaibah ibn Sa’id, Ishaq ibn Ibrahim, Yusuf ibn Musa al-Qathan, Yahya ibn Ma’in, dll.
Penilaian ulama kritikus hadis:
1)      Al-Nasa’I berkata:”Tsiqah”.
2)      Al-‘ijli berkata:”Tsiqah”.
3)      Ibn Hibban menyebutkannya dalam kitab al-Tsiqat.
f.       Ibn Numair (w. 199 H)
Nama lengkapnya yaitu Abdullah ibn Numair ibn al-Hamdani al-Kharifi, Abu Hisyam al-Kufi. [32]ia lahir pada tahun 115 H dan wafat pada tahun 199 H.
Gurunya dalam meriwayatkan hadis yaitu:Sulaiman al-A’masy, Hisyam ibn Urwah, Ubaidillah ibn Amr al-Amri, dll.
Muridnya dalam meriwayatkan hadis yaitu: anaknya yaitu Muhammad ibn Abdullah ibn Numair, Ahmad ibn Hanbal, Yahya ibn Ma’in, Yahya ibn Yahya al-Naisaburi,
Penilaian ulama kritikus hadis:
1)      Yahya ibn Ma’in berkata:”Tsiqah”.
2)        Al-‘Ijli berkata:”Tsiqah, Shalih al-hadis”.
3)        Ibn Hibban menyebutkannya dalam kitab al-Tsiqat.
g.      Abu Usamah (w. 201 H)
Nama lengkapnya yaitu Himad ibn Usamah ibn Zaid al-Qurasyi, Abu Usamah al-Kufi, Maula Bani Hasyim. [33]
Gurunya dalam meriwayatkan hadis yaitu:Idris ibn Yazid al-Audi, Sufyan al-Tsauri, Sulaiman al-A’masy, Hisyam ibn Urwah, Hisyam ibn Hisan, al-Walid ibn Katsir, dll.
Muridnya dalam meriwayatkan hadis yaitu:Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal, Ishaq ibn Rahawaih, Qutaibah ibn Sa’id, Muhammad ibn Idris al-Syafi’I, Abu Kuraib, dll.
Penilaian ulama kritikus hadis:
1)      Yahya ibn Ma’in berkata:”Tsiqah”.
2)      Ahmad ibn Hanbal berkata:”Tsabt”.
h.      Hisyam ibn Urwah (w. 145 H)
Nama lengkapnya yaitu Hisyam ibn Urwah ibn Zubair ibn Awwam al-Qurasyi al-Asadi, Abu Mundzir, Abu Abdillah al-madani.[34]ia wafat di Baghdad.
Gurunya dalam meriwayatkan hadis yaitu: bapaknya yaitu Urwah ibn Zubair, Pamannya yaitu Abdullah ibn Zubair, sepupunya yaitu Ibad ibn Abdullah ibn Zubair, saudaranya yaitu Utsman ibn Urwah ibn Zubair, dll.
Muridnya dalam meriwayatkan hadis yaitu:Israil ibn Yunus, Himad ibn Zaid, Jarir ibn Abdl Humaid, Abdullah ibn Numair, Abu Usamah, dll.
Penilaian Ulama kritikus hadis:
1)                  Muhammad ibn Sa’ad dan al-‘Ijli berkata:”Tsiqah”.
2)                  Abu Hatim al-Razi berkata :”Tsiqah, Imam al-Hadits”.
i.        Urwah ibn Zubair (w. 94 H)
Nama lengkapnya yaitu Urwah ibn Zubair ibn Awwam ibn Khuwailid ibn Asad ibn Abdul ‘uzza ibn Qushay al-Qurasyi al-Asadi.[35] Dilahirkan di awal pemerintahan khalifan Utsman ibn Affan, dan wafat pada tahun 94 H.
Gurunya dalam meriwayatkan hadis yaitu:Hakim ibn Hizam, Fatimah binti Qais, Ummu Salamah, Abu Hurairah, Aisyah, Sufyan ibn Abdillah al-Tsaqafi, dll.
Muridnya dalam meriwayatkan hadis yaitu:Yazid ibn Rawaman, anaknya Hisyam ibn Urwah, Shalih ibn Kaisan, dll.
Penilaian ulama kritikus hadis:
1)      Al-‘Ijli berkata :”Tsiqah”.
2)      Ibn Hibban menyebutkannya dalam kitab al-Tsiqat.[36]
j.        Sufyan ibn Abdillah al-Tsaqafi
Nama lengkapnya yaitu Sufyan ibn Abdillah ibn Abu Rabi’ah ibn al-Haris ibn Malik ibn Huthaith ibn Jusyam ibn al-Tsaqafi al-Tha’ifi.[37] Beliau adalah salah seorang  sahabat Nabi yang diutus ke Thaif.
Gurunya dalam meriwayatkan hadis yaitu :Nabi saw., Umar ibn al-Khattab.
Muridnya dalam meriwayatkan hadis yaitu:Anaknya yaitu Ashim dan Abdullah ibn Sufyan ibn Abdillah al-Tsaqafi, Urwah ibn Zubair, dll.

3.      Syarah Hadis
Hadis ini sejalan dengan firman Allah swt dalam surat Fusilat ayat 30 yang berbunyi:
¨bÎ) šúïÏ%©!$# (#qä9$s% $oYš/u ª!$# §NèO (#qßJ»s)tFó$# ãA¨t\tGs? ÞOÎgøŠn=tæ èpx6Í´¯»n=yJø9$# žwr& (#qèù$sƒrB Ÿwur (#qçRtøtrB (#rãÏ±÷0r&ur Ïp¨Ypgø:$$Î/ ÓÉL©9$# óOçFZä. šcrßtãqè? ÇÌÉÈ  
. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".
Hadis ini termasuk hadis yang jami al-kalam (perkatan yang singkat tapi penuh dengan arti) karena menganjurkan kita untuk beriman kepada Allah Swt dan mengimplementasikannya yaitu dengan mengamalkan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, baik yang bersifat keyakinan atau perbuatan, kemudian kita diperintahkan untuk istiqamah dalam mengamalkannya. Sudah barang tentu beristiqamah adalah hal yang sulit diperlukan kemantapan hati untuk mencapai derajat tersebut. Mengingat sulitnya istiqomah Sebagian ulama tasawuf berkata: “istiqomah lebih baik dari pada seribu karomah”. Namun hal itu bukanlah perkara yang mustahil sehingga kita tetap dianjurakan untuk berusaha mendapatkannya. Rasulullah Saw pernah berkata, “beristiqomahlah walaupun kalian tidak mampu mendapatkanya secara sempurna”, karena perkara yang sulit didapat keseluruhannya, maka sebagiannya jangan ditinggal. [38]

















Daftar pustaka
A.J.Wensinck, Al-Mu’jam al-Mufahras li alfadz al-Hadits al-Nabawi. Leiden: E.J.Brill. 1969
Ibn Hibban, Al-Tsiqat.  Beirut: Darr el-Fikr. Cet. I. 1975  
Al-Asqalani, Ibn Hajar. Al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah, Kairo:Maktabah ibn Taimiyah,t.t.
,                      , Fathul Bari. Kairo: Darr al-Hadits, 2004
                    ,Tahdzib al-Tahdzib. India: Majlis Da’irah al-Mu’arif. 1327 H
Al-Bukhari, Shahih Bukhari. Beirut: Dar Ibn Katsir al-Yamamah. 1987
Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi al-Asma al-Rijal. Beirut: Muassasah al-Risalah. Cet. I. 1988 
Al-Nawawi, Shahih Muslim bi syarh al-Nawawi. Kairo: Darr al-Hadi., 2001
Al-Naisaburi, Abu al-Hasan Muslim. Shahih Muslim. Riyadh: Dar Thayyibah.Cet.I. 2006.
 Al-Razi, al-Jarh wa ta’dil. Beirut: Dar al-Kitab al-alamiyah. Cet. I. 1953
al-Qari, Mula Ali. Mirqah al-Mafatih Syarh Miftah al-Masobih.www.almeshkat.net/books/index.php.


[1] Al-Bukhari, Shahih bukhari, hal.2  . jilid I.
[2] A.J.Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li alfadz al-hadits al-Nabawi,(Leiden:E.J.Brill, 1969), hal.55,jilid 7.
[3] Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi al-Asma al-Rijal, (Beirut:Muassasah al-Risalah, 1988)hal. 512 ,jilid 14. Cet. pertama
[4] Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi al-Asma al-Rijal, (Beirut:Muassasah al-Risalah, 1988) hal. 177-178, jilid 11 Cet. pertama
[5] Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi al-Asma al-Rijal, (Beirut:Muassasah al-Risalah, 1988) hal. 346, jilid 31 Cet. pertama
[6] Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi al-Asma al-Rijal, (Beirut:Muassasah al-Risalah, 1988) hal. 301-302, jilid 24,  Cet. pertama
[7] Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi al-Asma al-Rijal, (Beirut:Muassasah al-Risalah, 1988) hal.313, jilid 20,  Cet. pertama
[8] Ibn Hajar al-Asqalani, al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah,(kairo:Maktabah ibn Taimiyah,tt ), hal. 74, Jilid 7.
[9] Ibn Hajar al-Asqalani, Fathul Bari, (Kairo:Darr al-Hadits, 2004), hal 6, jilid 1.
[10] Ibn Hajar al-Asqalani, Fathul Bari, (Kairo:Darr al-Hadits, 2004), hal 16, jilid 1.
[11] Ibn Hajar al-Asqalani, Fathul Bari;penerjemah, Gazirah Abdi Ummah,(Jakarta:Pustaka Azzam, 2009), hal 250, jilid 1.
[12] Ibn Hajar al-Asqalani, Fathul Bari;penerjemah, Gazirah Abdi Ummah,(Jakarta:Pustaka Azzam, 2009), hal 251-252, jilid 1.
[13] Ibn Hajar al-Asqalani, Fathul Bari, (Kairo:Darr al-Hadits, 2004), hal 12, jilid 1.
[14]  Abu al-Hasan Muslim al-Naisaburi, Shahih Muslim,(Riyadh:Dar Thayyibah, 2006) hal.1193, jilid 2.
[15] A.J.Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li alfadz al-hadits al-Nabawi,(Leiden:E.J.Brill, 1969), hal.459,jilid 5.
[16] Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi al-Asma al-Rijal, (Beirut:Muassasah al-Risalah, 1988) hal. 415, jilid 1,  Cet. pertama
[17] Al-Razi, al-Jarh wa ta’dil, (Beirut:Dar al-Kitab al-alamiyah, 1953) juz 2, hal. 65, cet. Pertama.
[18] Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi al-Asma al-Rijal, (Beirut:Muassasah al-Risalah, 1988) hal. 277, jilid 16,  Cet. pertama
[19] Al-Razi, al-Jarh wa ta’dil, (Beirut:Dar al-Kitab al-alamiyah, 1953) juz 5, hal.190, cet. Pertama.
[20] Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi al-Asma al-Rijal, (Beirut:Muassasah al-Risalah, 1988) hal. 247, jilid 2,  Cet. pertama
[21] Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi al-Asma al-Rijal, (Beirut:Muassasah al-Risalah, 1988) hal. 358, jilid 33,  Cet. pertama
[22] Ibn Hajar al-Asqalani, al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah,(kairo:Maktabah ibn Taimiyah,tt ), hal. 63, Jilid 12.
[23] Al-Nawawi, Shahih Muslim bi syarh al-Nawawi, (Kairo:Darr al-Hadis, 2001), juz 8,  hal. 263-264,
[24] Muslim al-Naisaburi, Shahih Muslim,(Riyadh:Dar Thayyibah, 2006) hal.38-39, jilid I.
[25] A.J.Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li alfadz al-hadits al-Nabawi,(Leiden:E.J.Brill, 1969), hal.108,jilid 1.
[26] Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi al-Asma al-Rijal, (Beirut:Muassasah al-Risalah, 1988) hal. 34-35, jilid 16,  Cet. pertama
[27]Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi al-Asma al-Rijal, (Beirut:Muassasah al-Risalah, 1988) hal. 243, jilid 26,  Cet. pertama
[28] Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi al-Asma al-Rijal, (Beirut:Muassasah al-Risalah, 1988) hal. 523, jilid 20,  Cet. pertama
[29] Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi al-Asma al-Rijal, (Beirut:Muassasah al-Risalah, 1988) hal. 273, jilid 2,  Cet. pertama
[30] Ibn Hajar al-Asqalani, Tahdzib al-Tahdzib, (India:Majlis Da’irah al-Mu’arif, 1327 H ) hal. 217, juz 1
[31] Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi al-Asma al-Rijal, (Beirut:Muassasah al-Risalah, 1988) hal. 540-541, jilid 4,  Cet. pertama
[32] Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi al-Asma al-Rijal, (Beirut:Muassasah al-Risalah, 1988) hal. 225, jilid 16,  Cet. pertama
[33] Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi al-Asma al-Rijal, (Beirut:Muassasah al-Risalah, 1988) hal. 217-218, jilid 7,  Cet. pertama
[34] Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi al-Asma al-Rijal, (Beirut:Muassasah al-Risalah, 1988) hal. 232-233, jilid 30,  Cet. pertama
[35] Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi al-Asma al-Rijal, (Beirut:Muassasah al-Risalah, 1988) hal. 11-12, jilid 20,  Cet. pertama
[36] Ibn Hibban, Al-Tsiqat, (Beirut:Darr el-Fikr, 1975) hal. 195,  juz 5, cet. Pertama.
[37] Ibn Hajar al-Asqalani, al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah,(kairo:Maktabah ibn Taimiyah,tt ), hal. 208, Jilid 4.
[38] Mula Ali al-Qari, Mirqah al-Mafatih Syarh Miftah al-Masobih, (www.almeshkat.net/books/index.php) juz 1 hal. 208

1 komentar: